Catur Ramadlan

Kisah Pawang Hujan Dari Madura

Pawang Hujan Dari Madura | Kisah Pawang Hujan Dari Madura
Jakarta diguyur hujan sampai banjir besar,Jokowi bingung,SBY juga bingung.
Karena banjir yang menerpa jakarta besar banyak kabar berita yang dikait kaitkan dengan banjir yang yang melanda Jakarta.
Kisah Pawang Hujan Dari Madura juga muncul di situs besar,seperti Tempo dan Yahoo.
Entah apa berita ini nanti tujuannya untuk mengumpulkan para pawang hujan?
Ah..kok jadi ngelantur nih.
dari pada tambah ngelantur  yok kita baca bareng-bareng Kisah Pawang Hujan Dari Madura.
Kisah Pawang Hujan; Lempar Kolor, Hujan Molor

TEMPO.CO, Bangkalan--Penampilannya jauh dari elegan. Celana pendek sedengkul dan baju koko agak kusam seolah pakaian favoritnya. Tak seorang pun bakal mengira, Mat Tilyas, 60 tahun, punya kemampuan yang tak biasa: pawang hujan.
Rabu 16 Januari 2013 sore, di rumahnya yang sederhana dan asri, di Desa Jaddih, Kecamatan Socah, Kabupaten Bangkalan, bapak dua anak ini sedang mengobati anak kecil yang terus nangis meronta-ronta karena sakit gigi. "Ngobatin sakit gigi juga, pijat juga," katanya kepada tempo.co menjelaskan dua keahlian lain selain pawang hujan.
Setelah sang pasien pulang, Tilyas pergi sejenak, sejurus kemudian datang membawa sebuah sapu lidi. "Ini bisa jadi "alat" pengalih hujan," tuturnya sambil tersenyum. Memang kurang bisa diterima akal sehat, tapi itulah misteri keyakinan seorang pawang hujan. Selain sapu lidi, Tilyas menajurkan sarang semut pohon hingga celana kolor wanita bisa dijadikan alat pengalih hujan. "Benda apa pun bisa jadi "alat".
Bagaimana sapu lidi bisa menunda hujan? Menurut Tilyas, sapu lidi tentu tidak bisa menunda hujan. Yang diperlukan seorang pawang adalah ritual yaitu memperbanyak zikir dan berdoa kepala tuhan yang maha esa. Tapi, doa dan dzikir ini tidak bertuah, jika sang pemohon tidak yakin kepada pawangnya. "Kalau pemohon tidak yakin, tidak akan berhasil, harus yakin, itu kuncinya," katanya lagi.
Ilmu pawang hujan Tilyas didapat dengan belajar. Mulanya berawal dari kegiatannya di teater desa. Tilyas belajar ilmu gendam khusus menarik banyak penonton datang menonton pertunjukannya. Dari ilmu gendam inilah, berkembang ke pawang hujan, memijat pakai tenaga dalam hingga mengobati sakit gigi pakai air putih. Agar ilmunya ampuh, seorang pawang harus melatih kebatinan dengan beribadah. "Walau baca surat fatihah, tapai kalau hati bersih, pasti jadi mantra yang ampuh," jelasnya.
Di musim hujan seperti saat ini. Jasa Mat Tilyas memang sangat dibutuhkan terutama untuk acara selamatan yang mengundang banyak orang. Jika sedang menangani pasien hujan, mat Tilyas tidak keluar rumah hingga acara di rumah pasiennya selesai. Dia akan terus memanjatkan doa kepada yang maha kuasa. Dia juga akan meminta sang pemohon tidak mandi seharian penuh serta menyalakan dupa. Dupa tidak boleh mati hingga hajatannya selesai. "Hati pawang itu harus bersih, tidak boleh sombong apalagi takabur," katanya.
Soal tarif pawang, tidak ada patokan. Tapi tilyas selalu membiasakan diri menerima bayaran di belakang setelah hajatan sukses. Upah yang diterimanya bervariasi antara Rp 50 hingga 100 perorang. "Kalau sukses saya terima dibayar, kalau gagal tidak perlu bayar," ungkapnya.
Meski begitu, Tilyas tidak mau menjadikan keahliannya ini sebagai sumber mata pencaharian utama. Sebab itu dia juga menjadi tukang pijat, mengobati sakit gigi, bertani hingga menjadi kuli. "Kalau ngandalkan upah pawang, tidak cukup, hanya sampingan saja," katanya.
Menurut Tilyas, semua orang bisa menjadi pawang hujan. Hal ini sejalan dengan yang dialami Halimatus, 25 tahun. Warga Desa Jekan, Kecamatan Socah. Dalam dunia pawang, anak pertama dipercaya punya kemampuan otomatis menjadi pawang. Halimatus sudah membuktikannya.
Ketika menikah pada 2006 silam, bertepatan dengan musim hujan. Agar tamu undangan tetap datang, ibunya memintanya melempar celana dalamnya ke atap rumah dan ajaib mendung mendadak sirna, hujan baru turun setelah acar selesai. "Saya tidak boleh mandi seharian, saya juga berdoa dalam hati setiap saat," katanya kepada Tempo.
Keberhasilan menunda hujan pertama kalinya itu, membuat halimahtus banyak tetamu. Namun dia menolak. "Saya hanya mau gunakan keahlian ini untuk hajatan keluarga sendiri," ucap wanita dua anak ini.
Sekian Kisah Pawang Hujan Dari Madura

Tentang Catur Ramadlan

>>Catur Ramadlan<< Tentang Catur Ramadlan >>Catur Ramadlan<<
Catur Ramadlan-Blog Catur Ramadlan-Blog Belajar Catur,Trik Catur,Arsip Pelajaran Catur
Catur Ramadlan-Blog Belajar SEO-Blog Belajar Agama Islam dan Membahas Persoalan Persoalan lainnya.
Hubungi Catur Ramadlan untuk mempromosikan Produk atau Website anda
Anda melakukan Bisnis Online?
Promosikan Produk,Jasa atau Website anda di Catur Ramadlan
Catur Ramadlan Meliputi Pembahasan Sebagai Berikut:
belajar catur,belajar seo,belajar agama,belajar islam,pendidikan dan pengetahuan,jual beli online,hukum islam,ahlus sunnah wal jamaah,quran hadits
Catur Ramadlan
caturramadlan@yahoo.co.id


<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: &quot;Century&quot;,&quot;serif&quot;; font-size: 36.0pt; line-height: 115%;"><a href="http://catur-ramadlan.blogspot.com/" target="_blank">Catur Ramadlan</a><o:p></o:p></span></div>